Rabu, 04 November 2009

A. Husnuzhan kepada Allah dan Sabar Menghadapi CobaanNya

1. Pengertian Husnudzan


Husnudan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau dikenal juga dengan istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah su’udzan yang memiliki pengertian buruk sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga dengan istilah negativ thinking.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan manfaat. Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab akan mendatangkan kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan lewat perbuatan maupun lisan.


2. Dasar Hukum Husnudzan


Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh). Sedangkan berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah melarangnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12 yang berbunyi :


Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagaian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)


Rasulullah SAW bersabda :


Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berperasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)


3. Hikmah Berbuat Husnudzan


a. Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT
b. Bersikap Khaof (takut) dan Raja’ (berharap) kepada Allah
c. Optimis dan tidak berkeluh kesah serta berputus asa
d. Akal fikiran menjadi jernih dan terjauhkan dari akal fikiran kotor
e. Dicintai dan disayangi Allah SWT, Rasul dan orang lain
f. Terjauh dari permusuhan dan lebih dapat mempererat silaturahmi
g. Terjauhkan dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain


4. Perbuatan-Perbuatan Husnudzan


a. Husnudzan kepada Allah SWT


Huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut. Rasulullah SAW bersabda :


Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).


Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :


1) Bersabar


Sabar dalam ajaran Islam memiliki pengertian yaitu tahan uji dalam menghadapi suka dan duka hidup, dengan perasaan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Sikap sabar diperintahkan Allah SWT dalam QS Al Baqarah ; 153 yang berbunyi :


Artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)


Ujian dan cobaan pasti kan melintas dalam kehidupan setiap manusia. Ujian dan cobaan tersebut bentuknya beragam, hal itu bisa berupa kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, sehat dan sakit, serta suka dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri, keluarga, sahabat dan sebagainya. Ketika semuanya melintas maka yang harus dilakuakan adalah apabila itu merupakan kebahagiaan maka sukurilah dan apabila hal tersebut merupakan kesedihan maka bersabarlah. Karena pada hakekatnya Apa yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup yang justru akan menambah keimanan kita apabila kita ikhlas menerimanya. Allah SWT berfirman :


Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS Al Baqarah : 155-156)


Apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita harus berbaik sangka dan kita harus tabah serta tawakal menghadapinya. Karena semakin sayang Allah kepada seorang hambanya maka Allah akan menguji orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga kadar keimanannya bertambah pula. Bila ia dapat bersabar menerima cobaan yang Allah berikan maka Allah akan memberikan ganjaran yang sangat mulia yaitu mendapatkan surganya Allah SWT seperti yang diuraikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari:


Artinya :Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman : “Apabila Aku menguji hambaku dengan kedua kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya dengan sorga”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).


Oleh sebab itu, apabila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka tidak sepantasnya menyalahkan Allah SWT atau su’udzan kepada Allah SWT dengan menggap Allah penyebab kagagalannya, Allah tidak mendengar doanya, Allah itu kikir, Allah tidak adil dan lain sebagainya. Sebaliknya dan sebaiknya adalah harus berinstrospeksi diri, barangkali kegagalan tersebut disebabkan usahanya belum sungguh-sunggu dilaksanakan secara maksimal. Kegagalan tersebut harus dijadikan pelajaran, agar pada masa yang akan datang tidak terulang lagi dan tetap selalu bersikap sabar terhadap segala ujian dan cobaan yang menimpa. Berikut beberapa cara agar kita bisa selalu bersikap sabar yaitu :


a. Senantiasa Berdzikir menyebut nama Allah SWT


Zikir bisa melalui pengucapan lisan dengan memperbanyak menyebut asma Allah. Tetapi, zikir juga bisa dilakukan dengan tindakan merenung dan memperhatikan kejadian di sekeliling kita dengan tujuan menarik hikmah. Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah juga. Orang yang sabar selalu mengingat Allah dan menyebut asama Allah apabila menghadapi kesulitan dan musibah, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bila seseorang berzikir dan membaca Al Qur’an hingga ia lupa untuk meminta sesuatu kepada Allah maka Allah akan memberikan nikmat kepadanya melebihi apa yang sebelumnya ia inginkan


Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta”. Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya“. (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).


Disebutkan pula dalam Firman Allah QS Ar Ra’du ayat 28 sebagai berikut:


Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’du : 2)


Dalam ayat lain Allah menybutkan:


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab : 41)


b. Mengendalikan Emosi


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih mengendalikan nafsu atau emosi agar bisa bersikap sabar yaitu:


  1. Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an, shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Seseorang tidak akan terus melampiaskan berang atau kemarahannya apabila ayat suci Al Qur’an dibaca. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila ayat suci Al Qur’an bisa digunakan untuk melerai orang yang bertikai. Demikian pula Rasulullah SAW memberikan resep bagaimana caranya meredam amarah. “Berwudu’lah!” Demikian anjuran Rasulullah SAW.
  2. Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang mampu menghindarkan diri dari kebiasaan yang dilarang agama, akan membuat hidupnya terbiasa dengan hal-hal yang baik dan tidak mudah melakukan perbuatan-perbuatan keji. Orang yang tidak sabar, pada umumnya adalah orang yang tidak perduli, bersikap kasar, berbuat keji misalnya berjudi, minum-minuman keras, berkelahi, mengeluarkan kata-kata kotor, menyebarkan fitnah dan masih banyak lagi.
  3. Memilih lingkungan pergaulan yang baik. Agar bisa menjadi manusia yang memiliki sifat sabar, maka bisa diperoleh dengan memasuki lingkungan pergaulan yang baik, yang cinta akan kebenaran, kebaikan, dan keadilan.


2) Bersyukur




a) Pengertaian Syukur


Syukur menurut pengertian bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab, yang berarti terimakasih. Syukur secara istilah yaitu berterimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan secara tulus hati atas nikmat dan karunua-Nya, malalui ucapan, sikap dan perbuatan.


b) Cara-cara bersyukur


 Dengan hati.


Yaitu dengan cara menyadari dan mengakui dengan tulus hati bahwa segala nikmat dan karunia adalah merupakan pemberian dari Allah SWT dan tak ada selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat dan karunia tersebut.


 Dengan lisan.


Yaitu dengan cara mengucapkan Alhamdulillah, mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya, membaca al-quran, membaca buku ilmu pengetahuan dan amal ma’ruf nahi munkar dan senantiasa nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.


 Dengan perbuatan.


Yaitu dengan cara melaksanakan segala ibadah yang diperintahkan Allah SWT kepada kita dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang Allah. Syukur dengan perbuatan seperti sholat, belajar, membantu orang tua, berbuat baik terhadap sesama manusia dan makhluk-makhluk Allah, dan menghormati guru.


 Dengan harta benda.


Yaitu dengan cara menafkahkan dan membelanjakan harta benda yang telah Allah rizkikan kepada kita untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.


c) Hal-hal yang harus disyukuri


 Nikmat jasmani


Kita harus mensyukuri karena Allah SWT telah menciptakan kita dalam bentuk yang paling sempurna, anatomi tubuh yang sempurna seperti bentuk hidung yang memiliki libang di bawah, telinga yang elastis, bulu alis yang diletakkan di atas mata, tangan yang memiliki jari-jari, kuku yang bisa mamanjang dan tidak terasa sakit ketika dipotong, panca indra yang menjadikan segalanya menjadi terasa.


 Nikmat rohani


Karunia dan anugrah Allah SWT atas nikmat rohani yang patut disukuri adalah Allah telah mehirkan kita, diberikannya jasad kita ruh, kalbu/hati, nafsu dan akal sehingga kita bisa hidup, berfikir, merasakan senang, bahagia, sedih, marah dan perasaan perasaan yang melengkapi segala kehidupan kita.


 Nikmat dunia dan seisinya


Apabila kita harus menghitung satu persatu nikmat Allah niscaya tidakalah akan terhitung jumlanya. (QS. Al-Baqarah, 2 : 152 dan QS. Ibrahim, 14 : 34). Nikmat Allah tersebar di darat, laut, udara. Segala yang Allah ciptakan, air, bebatuan, hamparan tanah, gunung, hutan, api, salju, hembusan angin, sinar matahari, hujan, tumbuh-tumbuhan, hewan, dingin, panas dan seluruh isi semesta merupakan nikmat dari Allah SWT yang harus kita syukuri.


b. Husnudzan kepada diri kita senidiri


1. Percaya diri


Segala kemampuan yang kita miliki merupakan karunia Allah yang harus kita syukuri. Oleh karena itu, kemampuan yang kita miliki harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Kemampuan yang kita miliki akan menjadi tidak berarti apabila kita tidak percaya diri terhadap kemampuan yang kita miliki.
Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga di berani untuk menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya dan mendapatkan hasil atas kemampuan yang ia usahakannya.


2. Gigih


Pengertian gigih secara bahasa yaitu bersikap kerja keras. Gigis secara istilah berarti mempunyai semangat hidup, tidak mengenal lelah, dan tidak menyerah. Gigih juga bisa diartikan kemauan kuat seseorang dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita.

Gigih sebagai salah satu dari akhlakul karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil yang maksimal, suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan hati. Setiap muslim wajib memilki sifat dan sikap gigih. Gigih dalam beribadah, gigih alam belajar untuk mencapai cita-cita dan gigih dalam mencari rezeki untuk mencukupi kebutuhan hidup. Allah SWT berfirman dalam QS Alam Nasrah : 7 yang berbunyi:


Artinya: “ Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS Alam Nasrah : 7)
Ayat Al-Quran yang menyatakan tentang anjuran bersifat gigih juga dijelaskan dalam QS. Al-Jumu’ah : 10. Dan diperintahkan pula dalam sabda Rasulullah SAW:


اَلْمُؤْمِنُُ الْقَوِيُ خَيْرٌ وَ اَحَبُّ اِلى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَ فِى كُلِّ خَيْرٌ اِخْرِصْ عَلى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَ لاَ تَعْجِرْ.....رواه مسلم


Artinya: “Mukmin yang kuat lebih bagus dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, namun pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kamu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa tak berdaya …” (HR Muslim)


Selain sabda nabi yang tersebut di atas, dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Sakir dinyatakan pula bahwa :


Artinya : “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk kepentingan akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Sakir)


Orang yang gigih tidak akan berpangku tangan dan tidak suka bermalas-malasan sehingga ia akan merasa keberkahan hidup. Apabila setiap orang Islam memiliki sifat gigih, niscaya hidayah dan karunia Allah akan menaungi kita. Gigihlah dalam berusaha, Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kita, sehingga tidak akan ada usaha kita yang sia-sia dan selalu ada perubahan pada diri kita ke arah yang lebih baik sebagai mana sabda nabi Muhammad SAW :


Artinya : “Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang keadaan hari ini seperti kemarin dia adalah orang yang rugi, dan barang siapa yang yang keadaan hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia terkutuk.” (HR. Hakim)


Beberapa sikap yang dimiliki seseorang yang gigih antara lain adalah :


a. Gigih dalam berusaha dan menjalaninya dengan sabar dan ihlas
b. Memiliki program perencanaan yang baik dan membagi waktu yang tepat
c. Memiliki rasa tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
d. Selalu memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT
e. Selalu ada keinginan ke arah perubahan yang lebih baik,


3. Berinisiatif


Inisiatif secara bahasa berasal dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa, perintis jalan sebagai pelopor atau langkah pertama atau teladan. Inisiatif bisa difahami sebagai sikap yang senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Seseorang yang memiliki inisiatif disebut inisiator. Sabda Rasulullah SAW :


Artinya : “ Barang siapa merintis jalan kebaikan (meletakkan dasar), maka ia memperoleh pahala secara langsung dari perbuatannya. Disamping juga dari pihak orang yang mengikiti jejaknya. Demikian pula barang siapa merintis jalan maksiat maka ia tertimpa siksa ganda (kejahatan dari diri sendiri dan orang yang menirunya).” (Al-Hadits)


Dalam Firman Allah SWT QS An Najm : 38-41 juga disebutkan :


Artinya : “39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS An Najm : 38-41)


Kemudian dijelaskan pula dalam firman Allah SWT QS. Alam Nasrah ayat 1-8 berikut ini :


Artinya : “1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu? 4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. “ (QS Alam Nasrah : 1-8)


Renungkanlah ayat diatas. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat yang produktif. Artinya fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah selesai kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja keras saja melainkan dengan ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, senantiasa mengefisienskan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau permasalahan. Cara dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut diatas disebut produktivitas kerja. Senantiasa menghasilkan etos kerjanya untuk menghasilkan yang lebih baik.


Contoh perilaku yang mencerminkan perbuatan inisiatif
  1. Titeu Sunrani adalah siswa yang belajar disebuah sekolah SMA formal dan sekaligus juga belajar di pondok pesantren. Ia harus selalu bisa mengikuti mata pelajaran SMA dan pondok pesantren, sehingga dia harus bisa membagi dan memanfaatkan waktunya untuk belajar materi mata pelajaran SMA dan belajar materi mata pelajaran pondok pesantren. Kunci utama inisiatif Titeu Sunrani adalah pengaturan waktu. Ia bisa membagi waktu kapan harus belajar mata pelajaran SMA dan belajar mata pelajaran pondok pesantren. Akhirnya ia dapat lulus dengan baik dan mendapatkan apa yang dicita-citakannya.
  2. Contoh lain: Pak Dimas adalah seorang kepala sekolah di sebuah SMA. Walaupun beliau sibuk mengajar namun bisa membagi waktunya untuk kepentingan sekolahnya. Selain itu ia bertempat tinggal cukup jauh dari sekolah. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah bisa mencapai satu jam setengan dan itu ia jalani setiap hari, akan tetapi dia selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat dan selalu menjadi orang yang pertama datang di sekolah. Hal itu karena ia bisa memperhitungkan waktu, mendata dan menentukan skala proiritas hal yang harus didahulukan kemudian dikerjakan dengan tekun, teliti, kerja keras, kerja cerdas dan kerja ihlas. Sehingga seberat dan sebanyak apapun beban pekerjaan yang dialami Pak Dimas ia dapat menyelesaikannya dengan baik.


Kesimpulan dari contoh diatas adalah kerja keras itu bukan hanya gigih dan semangat tinggi. Berinisiatif adalah usaha yang menghasilkan dengan pengaturan waktu yang baik dan terencana.


4. Rela berkorban


a. Pengertian Rela Berkorban


Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan imbalan atau dengan kemaun sendiri. Berkorban berarti memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat berati bersedia dengan ikhlas memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat. Walaupun dengan berkorban akan menimbulkan cobaan penderitaan bagi dirinya sendiri.


b. Bentuk Perilaku Rela Berkorban


1. Rela berkorban dalam lingkungan keluarga ;

  • Biaya untuk sekolah yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya
  • Keihlasan orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya

2. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan sekolah :

  • Pemberian dari siswa berupa sumbangan pohon, tanaman dan bunga untuk halaman sekolah
  • Para siswa dan guru mengumpulkan sumbangan pakaian layak pakai untuk meringankan beban warga yang tertimpa bencana.

3. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan masyarakat :

  • Warga masyarakat bergotong royong meperbaiki jembatan yang rusak karena longsor
  • Warga masyarakat yang mampu menjadi guru sukarelawan bagi anak-anak yang terlantar putus sekolah dan tidak mampu

4. Rela berkorban dalan lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara :

  • Para warga negara atau masyarakat membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan bangunan
  • Warga masyarakat merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan irigasi dengan memperoleh penggantian yang layak

c. Cara Menumbuhkan Sifat Rela Bekorban

  1. Selalu peduli dan memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara selain dari kepentingan pribadi.
  2. Suka memberikan contoh dan pembinaan yang baik kepada sesama
  3. Gemar memberikan pertolongan kepada sesama
  4. Penyantun dan penyayang terhadap orang lain atau lingkungan.
  5. Menjauhi sifat angkuh, egois, hedonis dan matrialistis.

c. Husnudzan kepada orang lain

  1. Terhadap Keluarga
  2. Terhadap Tetangga
  3. Terhadap Masyarakat

Kamis, 24 September 2009


1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:1)

Sabtu, 05 September 2009

Rabu, 02 September 2009

HUKUM PATUNG DAN GAMBAR DALAM ISLAM

Suatu hal yang tidak diragukan lagi adalah; bahwa semua persoalan-persoalan semua masalah gambar dan menggambar yang dimaksud adalah gambar-gambar yang dipahat atau dilukis.

Adapun masalah gambar yang diambil dengan menggunakan sinar matahari atau yang kini dikenal dengan nama fotografi, maka ini adalah masalah baru yang belum pernah terjadi pada masa atau zaman Rasululloh SAW dan ulama-ulama salaf, oleh karena itu, apakah hal ini dapat dipersamakan dengan hadist-hadist yang membicarakan masalah melukis dan pelukisnya, seperti dalam hal ini ada sebuah hadist yang menerangkan bahwa Jibril a.s.

pernah minta ijin kepada Rasululloh SAW. Untuk masuk rumahnya kemudian Nabi SAW. Berkata kepada Jibril a.s.: “Masuklah! Tetapi,Jibril menjawab: Bagaimana saya masuk sedang di dalam rumahmu itu ada gorden yang penuh gambar! Tetapi, kalau engkau tetap akan memakainya, maka putuskanlah kepalanya atau potonglah untuk di buat bantal atau buatlah tikar.” (Riwayat Nasa’I dan Ibnu Hibban)


Jibril pernah tidak mau masuk rumah Nabi SAW. Karena di depan pintu rumahnya ada patung, hari berikutnya Jibril tetap tidak mau masuk sehingga ia mengatakan kepada Nabi SAW.:

Perintahkan untuk memotong kepala patung itu, sehingga menjadi seperti kepala pohon” (Riwayat Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).

“Sesungguhnya orang yang paling berat siksanya nanti pada hari kiamat ialah orang-orang yang menggambar” (Riwayat Muslim)

“Singkirkanlah gorden itu dariku karena gambar-gambarnya selalu tampak dalam shalatku” (Riwayat Bukhari)

Terhadap orang yang membuat patung atau gambar Rasulullah pernah bersabda:
Siapakah orang yang lebih berbuat zalim selain orang yang bekerja membuat seperti ciptaan-Ku? Oleh Karena itu cobalah mereka membuat biji atau zarrah (Hadist qudsi. Riwayat Bukhari dan Muslim)

Orang –orang yang berpendirian bahwa haramnya gambar adalah terbatas pada yang berjasad (patung), maka foto bagi mereka bukan apa-apa, lebih-lebih kalau tidak sebadan penuh.

Tetapi, orang yang berependapat lain, apakah foto semacam ini dapat dikiasakan dengan gambar yang dilukis dengan menggunakan kuas? Atau apakah barangkali illat (alasan) yang telah di tegaskan dalam hadist masalah pelukis, diharamkannya melukisa lantaran menandingi ciptaan Alloh – tidak dapat diterapkan pada fotografi ini? sedangkan menurut ahli-ahli usul fiqih kalau illatnya itu tidak ada, yang dihukum pun (ma’lulnya) tidak ada.

Jelasnya persoalan ini adalah seperti yan pernah difatwakan oleh syekh Muhammad Bukhait, mufti Mesir, bahwa fotografi itu merupakan penahanan bayangan dengan suatu alat yang telah dikenal dengan tehnik “Tustel” atau “Camera”. Cara ini sedikitpun tidak ada larangannya. Larangan menggambar adalah mengadakan gambar yang semula tidak ada dan belum dibuat sebelumnya yang bisa menandingi (makhluk) ciptaan Alloh, sedang pengertian semacam ini tidak terdapat pada gambar yang diambil dengan alat tustel.

Dan ada beberapa kesimpulan hukum mengenai gambar dan yang menggambar sebagai berikut :

A. Jenis gambar yang sangat di haramkan adalah gambar yang disembah selain Alloh, seperti Isa al-Masih dalam agama Kristen. Gambar seperti ini dapat membuat pelukisnya kufur kalau dia lakukan itu dengan penuh pengetahuan dan kesengajaan. Begitu juga dengan pembuat patung, dosanya akan sangat besar apabila dimaksudkan untuk diagung-agungkan dengan cara apapun. Termasuk juga terlibat dalam dosa, orang-orang yang bersekutu dalam hal tersebut.

B. Termasuk juga berdosa orang yang melukis sesuatu yang tidak disembah, tatapi bertujuan untuk meandingi ciptaanAlloh. Yakni dia beranggapan dapat membuat model baru dan membuat seperti pembuatanAlloh. Hal ini dapat membuat kufur, hal ini, tergantung pada niat pelukisnya sendiri.

C. Di bawah lagi termasuk patung-patung yang tidak disembah, tapi untuk diagung-agungkan, seperti patung raja-raja, kepala Negara, atau para pemimpin yang dianggap keabadian mereka itu dengan didirikan monument-monumen yang dibangun dilapangan-lapangan dan sebagainya. Dosanya sama saja, baik patung itu setengah badan atau sebadan penuh.

D. Di bawahnya lagi patung binatang-binatang dengan tidak ada maksud untuk disucikan atau diagung-agungkan, dikecualikan patung mainan anak-anak dan yang terbuat dari bahan makanan seperti manisan dan sebagainya.

E. Selanjutnya, ialah di papan yang oleh pelukisnya atau pemiliknya sengaja diagung-angungkan seperti gambar para penguasa, dan pemimpin, lebih-lebih kalau gambar itu dipancangkan atau digantung. Lebih kuat lagi haramnya apabila yang digambar itu orang zalim, ahli fasik dan golongan anti Tuhan. Mengagungkan mereka ini berarti meruntuhkan Islam.

F. Di bawah itu ialah gambar binatang yang tidak bermaksud untuk diagung-agungkan , tetapi dianggap sebagai suatu pemborosan, misalnya, gambar di dinding dan sebagainya. Ini hanya termasuk yang dimakruhkan.

G. Adapun gambar pemandangan, misalnya, pepohonan, kurma, lautan, perahu, gunung, dan sebagainya, tidak ada dosa sama sekali baik si pelukis atau yang menyimpannya, selama gambar tersebut tidak menjauhkan pemiliknya dari ibadah dan pemborosan. Kalau sampai demikian, maka hukumnya makruh.

H. Adapun fotografi pada prinsipnya mubah, selama tidak mengandung objec yang diharamkan, seperti disucikan oleh permiliknya secara keagamaan atau disanjung-sanjung secara keduniaan.
Lebih-lebih kalau yang disanjung itu orang-orang fasik, misalnya golongan penyembah berhala, komunis, dan seniman-seniman yang telah menyimpang.

I. Terakhir, apabila patung dan gambar yang diharamkan itu bentuknya telah diubah dan direndahkan (dalam bentuk gambar), maka dapat pindah dari lingkungan haram menjadi halal. Seperti gambar-gambar di lantai yang biasa diinjak-injak oleh kaki dan sandal.

Semoga bermanfaat. Dan sekiranya ada sanggahan atau tambahan lain yang dapat memberi tambahan kebaikan pada tulisan ini, mohon dengan sangat agar memberitahukan kepada kami. Terima kasih.

Diringkas dari "kitab Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi", kitab Halal Dan Haram dalam Islam. Bab: (IV) Dalam Rumah. Perihal Gambar dan Patung. Hal. 129-158.

percobaan code html baru

hlkjqhdjwqkbdkgjwcjnwbscmjqgdljkqbdjk,vcjkbckmcb m,b ,mb ,mbc ,m cqpercobaan


hhjhoilhwdlikwahdilwgflakgil3hoilqrhilrhlhrolhtoilhpercobaan lagi

Selasa, 01 September 2009

Taman pulomas - Cirebon

Peresmian Masjid At-Taqwa Kota Cirebon

di kutip : "Pikiran Rakyat"



Jum'at, 27 Maret 2009 , 16:37:00

CIREBON, (PRLM).- Diresmikannya Masjid At-Taqwa oleh Gubernur Jabar H. Ahmad Heryawan, Jum'at (27/3), menjadi babak sejarah munculnya ikon baru Kota Cirebon. Sebagai ikon baru Kota Cirebon, Masjid At-Taqwa hasil renovasi dengan luas bangunan total 2.675 m2 dan menghabiskan dana Rp 9 miliar memang memenuhi kriteria.



Selain arsitektur bangungannya yang mencerminkan kemegahan rumah Alloh SWT dengan kapasitas 5.500 jemaah, menara utama masjid yang menjulang setinggi 65 meter juga bisa menjadi penanda tersendiri. Menara masjid yang mengalahkan ketinggian hampir semua bangunan tinggi di Kota Cirebon, hadir sebagai simbol eksistensi Mesjid At-Taqwa di tengah Kota Cirebon. Sebuah ikon baru Kota Cirebon, selain Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Kacirebonan dan Masjid Sang Cipta Rasa.

Gaya arsitektur masjid yang mencirikan bangunan tropis dengan atap jurai serta dilengkapi dengan empat menara kecil (menaret) sebenarnya bukanlah hal baru. Namun kehadiran gerbang (gate) selebar 3 meter sebelum memasuki bangunan utama yang menjadi point of interest bangunan mesjid memberi nilai tersendiri.

Gerbang dengan warna emas yang menyolok bertuliskan kaligrafi dua kalimat syahadat yang terbuat dari bahan glass reinforced cement (GRC) di atas batu granit asli dari Brazil, mendominasi tampak muka (fasad) bangunan. Bingkai putih semakin menonjolkan warna emas gerbang.

Enam tiang penyangga lampu taman yang menghiasi jalan masuk menuju gerbang, seperti hendak menyambut ramah kedatangan tamu-tamu Alloh SWT. Seluruh lantai dan dinding masjid menggunakan batu granit, begitu juga tiang-tiang dalam mesjid. Tiang-tiang dihiasi dengan ornamen arsitektur Islam.

Tidak seperti bangunan umumnya, bagian dinding tidak dilengkapi dengan jendela yang tertutup kaca. Jendela besar-besar yang ada dibiarkan terbuka untuk membiarkan aliran udara lancar keluar masuk masjid. Jendela hanya diberi teralis besi ditambah elemen estetika yang terbuat dari kuningan dengan pola arsiterktur Islam.

Keteduhan juga diupayakan untuk dihadirkan di arena luar masjid dengan menanam 10 pohon korma di halaman samping masjid yang dekat dengan sisi jalan. Kehadiran dua kolam air mancur di sisi kanan dan kiri bagian depan mesjid, semakin melengkapi keindahannya. (A-92/A-147)***

"Islamtentang.blogspot.com"

Sedikit dokumentasi yang di ambil dari Mbah Google(harap maklum)

Masjid At -Taqwa



Menara Masjid



Pedagang Sekitar Masjid


Bagian Mimbar



Senin, 31 Agustus 2009

Adab Bersenda Gurau

Penulis: Ummu ‘Aisyah

Saudaraku muslimah, berbeda dengan sabar yang tidak ada batasnya, maka bercanda ada batasnya. Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat tertentu kita memang membutuhkan suasana rileks dan santai untuk mengendorkan urat syaraf, menghilangkan rasa pegal dan capek sehabis bekerja.

Diharapkan setelah itu badan kembali segar, mental stabil, semangat bekerja tumbuh kembali, sehingga produktifitas semakin meningkat. Hal ini tidak dilarang selama tidak berlebihan.

Rasululloh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam pun Bercanda
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya.

Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Seperti hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,Aku belum pernah melihat Rasullulloh shallallohu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasullulloh! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)

Adapun contoh bercandanya Rasullulloh shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda dengan salah satu dari kedua cucunya yaitu Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu.

Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Ahadits Shahihah, no hadits 70)



Adab Bercanda Sesuai Syariat

Poin di atas cukup mewakili arti bercanda yang dibolehkan dalam syariat. Selain itu, hal penting yang harus kita perhatikan dalam bercanda adalah:

1. Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.

2. Jgn melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.

3. Jgn bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.

4. Jgn bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.

5. Hindari perkara yang dilarang Alloh Azza Wa Jalla saat bercanda.

- Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda. Rasullulloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Rasullulloh shallallahu’alaihi wa sallam
juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)

- Berdusta saat bercanda. Rasullulloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).

Rasullulloh pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.”
(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

- Melecehkan sekelompok orang tertentu. Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya, yang perbuatan ini sangat dilarang.

- Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan yang keji untuk membuat orang lain tertawa.

6. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk.
Alloh telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.”
(QS. Al-Isra’: 53)

7. Tidak banyak tertawa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)

8. Bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya.

9. Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda. Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syiarnya, wal iyadzubillah! Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.

Demikianlah mengenai batasan-batasan dalam bercanda yang diperbolehkan dalam syariat. Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan akhlak kita mendapatkan ridlo dari Alloh, pun dalam masalah bercanda.

Kita senantiasa memohon taufik dari Alloh agar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang wajahnya tidak dipalingkan saat di kubur nanti karena mengikuti sunnah Nabi-Nya. Wallahul musta’an.
***
Diringkas dari: "majalah As-Sunnah edisi 09/tahun XI/ 1428 H/2007 M".

Bercermin pada kesederhanaan Nabi

Hidup bermewah mewah atau foya-foya dapat membuat orang jadi serakah. Untuk hidup mewah orang perlu uang yang banyak. meski penghasilannya besar tetapi kalau pengeluaran lebih besar pasak dari pada tiang. dia akan mencari uang lebih banyak lagi.


Ada yang memakai credit card sehingga terlibat hutang dan berhadapan dengan debt colector. adapula yang mengiginkan satu fasilitas padahal dia tidak membutuhkannya, tapi hanya kepingin karena tuntutan gengsi.

ada pula yang melakukan monopoli sehingga merugikan pihak lain. Sebagai contoh. 69,4 juta hektar tanah di Indonesia di kuasai oleh 652 pegusaha saja. semenntara jutaan petani tanahnya kurang dari setengah hektar bahkan ada yang tidak punya tanah sama sekali sehingga hanya menjadi penggarap yang miskin.

Padahal jika tanah itu dibagi adil, niscaya kemiskinan yang melanda petani yang tak punya tanah sehingga hanya menjadi buruh tani bisa dikurangi.

Nabi Muhammad SAW. berkata: “seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, niscaya ingin memiliki lembah emas kedua; seandainya memiliki lembah emas kedua, ia ingin lembah emas yang ketiga. baru puas nafsu anak Adam kalau sudah masuk tanah. dan Alloh akan menerima taubat orang yang mau kembali kepada-Nya” (HR. Bukhori Muslim)

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa keserakahan tiada batasnya. Di majalah Fortune ditulis orang terkaya di dunia Carlos Slim memiliki harta 59 milyardollar atau setara dengan Rp. 554 trilyun lebih sementara bill gates 56 milyar dollar dan lakhsmi Mittal dengan harta 32 miliyar dollar.

kekyaan 1000 orang terkaya dunia mencapai nilai 33.000 tilyun rupih. jika 1000 orang tersebut cukup puas dengan 10 milyar dan sisanya disedekahkan, maka 6,6 milyar penduduk dunia masih bisa menikmati hampir Rp. 5juta per orang yang berarti per keluarga mencapai nilai Rp. 20 sd Rp. 25 juta rupiah.


Suatu ketika Khalifah Umar bin Khatab ra berkisah: ” Aku masuk menemui Rasululloh SAW. yang sedang berbaring di atas sebuah tikar. aku duduk di dekat Beliau, laul beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada yang menutupi beliau selain kain itu. terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. kemudian aku melayangkan pandang ke sekitar kamar beliau. tiba-tiba aku melihat segenggam gandum kira -kira seberat satu sha’ dan daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang samakannya tidak sempurna. seketika dua mataku meneteskan air mata tanpa dapat ku tahan melihat kesederhanaan beliau.

Rasululloh bertanya : " apakah yang membuatmu menangis wahai putra khathab? "

Aku menjawab: " Wahai Rasulluloh, bagaimana aku tidak menangis tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara raja Romawi dan Persia bergelimang buah-buahan dan harta sedangkan engkau adalah utusan Alloh dan hamba pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini".

Rasululloh SAW.
lalu bersabda : "Wahai putra Khatab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagiab mereka? "(HR. Muslim)


Beda dengan sebagia pejabat Muslim saat ini yang hanya memperkaya diri sendiri dengan jalan yang tidak halal, denganb memanfaatkan jabatan memperkaya diri sendiri dan keluarganya sehingga tidak akan habis dimakan 7 turunan.

Nabi tetap sederhana sampai akhir hayatnya, dan ia tidak meninggalkan harta warisan untuk keluarganya. Tak pantas kita hidup mewah dan mempromosikan kekayaan kita, sementara di luar sana banya k anak-anak miskin balita-balita yang kekurangan gizi, mereka bukan hanya mengalami resiko kemiskinan, tapi juga mendapat resiko perkosaan oleh orang-0rang dewasa.

Harusnya dengan uang yang ada pada kita membantu mereka keluar dari jerat kemiskinan sehingga tak keluar ke jalan mencari uang.

Di akhirat nanti kita tidak hanya ditanya dari mana uang dan harta yang kita peroleh melainkan juga untuk apa harta itu digunakan. jadi hentikan pola hidup serakah ala raja Romawi, ikuti sunah nabi dengan pola hidup sederhana, Insya Alloh dengan pola hidup itu kita tidak punya bayan beban kelak di Akhirat.

Minggu, 30 Agustus 2009

adap bergaul dalam islam



"Semoga bermanfaat"






Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari akhlakul karimah (akhlak yang mulia). akhlak yang mulia itu sendiri merupakan bagian dari dienul Islam.

Walaupun prioritas pertama yang diajarkan olah para Nabi adalah tauhid, namun bersamaan dengan itu, mereka juga mengajarkan akhlak yang baik. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu ′alaihi wassalam diutus untuk menyempurnakan akhlak. beliau Shalallahu ′alaihi wassalam adalah seorang manusia yang berakhlak mulia.

Alloh berfirman.

Artinya : Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.[QS. Al-Qalam: 4]
Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai teladan dalam hidup.

Alloh telah menyatakan dalam firman-Nya :

Artinya : Sungguh telah ada pada diri Rasululloh itu contoh teladan yang baik
[QS. Al-Ahzab : 21]

Dengan mempraktekkan adab-adab dalam bergaul, maka kita akan memperoleh manfaat, yaitu berupa ukhuwah yang kuat diantara umat Islam, ukhuwah yang kokoh, yang dilandasi iman dan keikhlasan kepada Alloh

Allah telah berfirman.
Artinya : Dan berpegang teguhlah kalian denga tali (agama ) Alloh bersama-sama , dan janganlah kalian bercerai-berai, Dan ingatlah nikmat Alloh yang telah Alloh berikan kepada kalian, ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, lalu Alloh lunakkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmat-Nya, kalian menjadi bersaudara, padahal tadinya kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kalian daripadanya.

Demikianlah Alloh menjelaskan kepada kalian ayat-ayatnya, agar kalian mendapat petunjuk
[QS. Al-Imran : 103].

Oleh karena itu, adab-adab bergaul ini sangat perlu dipelajari untuk kita amalkan. kita harus mengetahui, bagaimana adab terhadap orang tua -- saudara kita, istri kita, adab seorang istri terhadap suaminya, adab terhadap teman sekerja atau terhadap atasan dan bawahan.

Jika kita seorang da′i atau guru, maka harus mengetahui bagaimana adab bermuamalah dengan da′i atau lainnya dan dengan mad′u (yang didakwahi) atau terhadap muridnya.

Demikian juga apabila seorang guru, atau seorang murid atau apapun jabatan dan kedudukannya, maka kita perlu untuk mengetahui etika atau adab-adab dalam bergaul.


Kurang mempraktekkan "etika bergaul", menyebabkan dakwah yang haq dijauhi oleh manusia. Manusia menjadi lari dari kebenaran disebabkan ahli haq atau pendukung kebenaran itu sendiri melakukan praktek yang salah dalam bergaul dengan orang lain.

Sebenarnya memang tidaklah dibenarkan seseorang lari dari kebenaran, disebabkan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.

Jika inti ajaran yang dibawa oleh seseorang itu benar, maka kita harus menerimanya, dengan tidak memperdulikan cara penyampaiannya yang benar atau salah, etikanya baik atau buruk, akan tetapi pada kenyataannya, kebanyakan orang melihat dulu kepada etika orang itu.

Oleh karena itu, mengetahui etika ini penting bagi kita, sebagai muslim yang punya kewajiban saling menasehati sesama manusia, agar bisa mempraktekkan cara bergaul yang benar.

Ref: Ayu chomala" http://dfreshzacaim.blogspot.com/"

Hukum Musik dan Nyanyian Part 2

Berikut ini akan di jelaskan mengenai hukum musik, lagu dan nasyid, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. serta perkataan para ulama salaf.

Mengenal berbagai macam alat Musik
  • pertama: Alat alat musik yang di pukul atau perkusi ::: jenis alat musik yang mengeluarkan bunyi saat di pukul dengan tabuhan tertentu (dengan alat), atau dengan tangan kosong atau dengan menggesekkan sebagian kepada sebagian lainnya.

  • Kedua : Alat musik yang ditiup ::: alat musik yang berbunyi dengan cara ditiup padanya atau pada sebagiannya, baik peniupan tersebut pada lubang, selembar bulu atau yang lainnya.

  • Ketiga : Alat musik yang dipetik :::: alat musik yang menimbulkan suara dengan adanya gerakan berulang atau bergetar, atau yang semisalnya. Lalu mengeluarkan bunyi saat dawai/senar dipetik dengan kekuatan tertentu menggunakan jari-jemari.

  • keempat: Alat musik otomatis ::: Alat musik yang mengeluarkan suara tertentu baik secara langsung ataupun dengan cara merekamnya dalam bentuk kaset, CD, atau yang semisalnya (Lihat risalah Hukmu ‘Azfil Musiqa Wa Sama’iha, Oleh Dr. Sa’ad bin Nathar Al- ‘Utaibi)

Dalil - dalil tentang haramnya Musik dan Lagu
Dalil dari Al-qur’an Al- Karim:Dan diantara manusia (ada) orang yang memepergunakan kata-kata untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allahtanpa ilmu dan menjadikan jalan Allah sebagai olok-olokan mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (QS.Luqman:6). Abdullah bin Abbas beliau mengatakan ayat ini berkenaan tentang nyayian dany ang semisalnya.” (diriwatkan dariAl-Imam Al- Bukhari)

Ikrimah Syu’aib bin Yasar berkata: Aku berkata kepada Ikrimah tentang makna (lahwul hadist) dalam ayat tersebut. Maka beliau menjawab Nyanyian ( diriwayatkan Al- Bukhari dalam tarikhnya (2/2/217), Ibnu jarir dalam tafsirnya dan yang lainnya. Dihasankan Al-Albani dalam At-Tahrim hal 143)

Firman Alloh SWT. : “Maka apakah kalian merasa heran terhadap pemberitaan ini? dan kalian menertawakan dan tidak menangis? sedangkan kalian ber-sumud?” (QS.An-Najm: 59-61)

Para ulama menafsirkan “kalian bersumud” maknanya adalah bernyanyi.
termasuk yang menyebutkan tafsir ini adalah : Ibnu Abbas. Beliau berkata: “maknanya adalah nyanyian” .

Dahulu jika mereka mendengar Al-Qur’an, maka mereka bernyanyi-nyanyi dan bermain-main. Dan ini adalah bahasa penduduk yaman (dalam riwayat lain; bahas penduduk Himyar) (Diriwayatkan oleh ibnu Jarir dalam tafsirnya (27/82), Al-Baihaqi (10/223). Al-Haitsami berkata “Diriwayatlkan oleh Al-Bazzar dan sanadnya Shahih.” (Majma’ Az-Zawa’id. 7/116)

Dalil-Dalil As-Sunnah:

Hadist Abu ‘Amir atau Abu MAlik Al-Asy’ari.

Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
"Benar - benar akan ada sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, khamar, dan musik/alat musik. Merkeka tinggal di puncak gunung, setiap sore seorang pengembala membawa (memasukkan) hewan ternak meereka ke kandangnya. ketika datang kepada mereka seorang fakir untuk suatu kebutuhannya, berkatalah mereka kepada si fakir: ‘Besok sajalah kamu kembali’ maka di malam harinya Allah SWT. Adzab mereka dengan ditumpahkannya gunung ersebut kepada mereka, digoncang dengan sekuat-kuatnya, sementara yang selamat dari mereka Alloh ubah menjadi monyet dan babi sehingga hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari dalam shahih-nya, no.10/5590)

Hadist ini Sahih. Pada yang al-Bukhari sebutkan dalam sanad hadist tersebut: Hisyam bin Ammar berkata : “Tidaklah memudharatkan keshahihan hadist tersebut. Sebab al-Imam Al-Bukhari tidak dikenal sebagai seorang yang mudallis(yang menggelapkan hadist), sehingga hadist ini dihukumi bersambung sanadnya.

Al-Albani berkata: Setelah menyebutkan panjang lebar tentang keshahihan hadist ini dan membantah pendapat yang berusaha membantah pendapat yang berusaha melemahkannya: “Maka barangsiapa setelah penjelasan ini melemahkan hadist ini, maka dia adalah orang-orang yang sombong dan penentang. Dia termasuk dalam sabda Nabi SAW>: “Tidak masuk ke dalam Syurga, orang yang dalam hatinya ad kesombongan walaupaun seberat semut.” (HR-Muslim)(At-tahrim, hal 39)

Hadist Anas Bin Malik, Bahwa Rasululloh bersabda : “Dua suara yang terlaknat di dunia dan akhirat: Seruling ketika mendapat nikmat, dan suara (jeritan) ketika mendapat musibah” (HR. Al-Bazzar adlam musnad-nya, Adh-Dhiya’ Al-Maqdisi dalam Al-Mukhtarah. dan disahihkan oleh Al-Albani berdasarkan penguat-penguat yangad. Lihat Tahrim Alat Ath-Tharb, hal 52)

Juga dikatakan dengan riwayat Jabir bin Abdullah, dari Abdurahman bin ‘Auf, Dia berkata:: Rasullulloh Bersabda: “Aku hanya dilarang dari meratap, dari dua suara yang bodoh dan fajir: Suara ketika dendangan yang melalikan dan permainan, seruling-seruling setan dan suara ketika musibah, mencakar wajah, merobek baju dan suar setan.” (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan yang lainnya. Juga diriwayatkan At-Tirmidzi secara ringkas,)

Demikianlah penjelasan secara ringkas dan sangat singkat. Semoga dengan ini pengetahuan kita menjadi bertambah dan kecintaan umat Islam pada Al-Qur’an semakin mendalam, kalaulah ingin mencari kententraman hati maka cukupkanlah dengan membaca Al-Qur’an, Berdzikir, selalu mengingat Allah dan Shalat.
Insya Allah apa yang kita kerjakan mendapat ridha dari Allah.

Hukum Musik dan Nyanyian Part 1

Musik adalah warna kehidupan, di masa sekarang yang sedemikian kontras dengan masa dimana para sahabat-sahabat terdahulu dan para ulama setelahnya. Jika dulu para generasi salaf sangat membenci musik dan perangkatnya, maka pada zaman sekarang ini musik justru dihalakan, menjadi sumber nafkah, bahkan dijadikan sarana ibadah dan dakwah.

Fenomena Musik di tengah Kehidupan Umat
Musik dimata kebanyakan orang hanyalah sebagian dari seni dan budaya. Beragam tempat keramaian hampir tak pernah sepi dari dan tak pernah hampa dari musik. Televisi dan radio pun menjadi alat pemasar yang sangat efektif, Alhasil musik semakin lekat di tengah masyarakat dan kehidupan umat.

Di banyak tempat, termasuk fasilitas umum, musik malah jadi konsumsi wajib tempat cangkruknya kawula muda. Tak heran bila kemudian istilah full musik menjadi daya tarik jualan tersendiri. Bahkan tempat-tempat yang senyatanya diidentikkan dengan tempat ibadah dan ketaatan pun dirambahnya.

Masjid, Pondok pesantren, madrasah, dan yang semisalnya acap kali ramai dengan lantunan musik Islami dalam anggapan mereka. Demikian fenomena musik di tengah kehidupan umat ini. dan telah membelenggu kehidupan mereka.

Musik Dalam Timbangan Islam

Dalam timbangan Islam Musik merupakan salah satu fitnah yang berbasiskan syahwat. Jatidirinya amat buruk. Peranannya pun amat besar dalam melalaikan umat dari ayat-ayat Alloh SWT.

Tak heran bila Alloh SWT Mengingatkan para hambanya dari fitnah ini,

Sebagaimana dalam firman-Nya : “Dan diantara manusia (ada) orang yang memepergunakan kata-kata untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Alloh tanpa ilmu dan menjadikan jalan Alloh sebagai olok-olokan mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (QS.Luqman:6)

Dalam Tafsir Al-Qur-anil ‘Azhim Al-Hafidz Ibnu Katsir juga menegaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan orang-orang yang enggan mengambil manfaat dari (mendengarkan) Al-Qur’an. Kemudian berupaya untuk mendengarkan musik dan nyanyian dengan segala irama dan perantinya.


Rasululloh SAW. Juga telah memperingatkan umatnya dari fitnah musik Di antara sabda beliau SAW.
: “Akan muncul di kalangan umatku, kaum-kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik. Dan akan ada kaum yang menuju puncak gunung, kembali bersama ternak mereka, lalu ada orang miskin yang datang kepada mereka meminta satu kebutuhan, lalu mereka mengatakan: ‘Kembalilah kepada kami besok.’ Lalu Alloh Subhanahu wa Ta’ala membinasakan mereka di malam hari dan menghancurkan bukit tersebut. Dan Alloh mengubah yang lainnya menjadi kera-kera dan babi-babi, hingga hari kiamat” (HR. Al-Bukhari dalam shahih-nya, no.5590 dari sahabat Abu Amir (Abu MAlik) Al-Asy’ari)

Berikut ini akan di jelaskan mengenai hukum musik, lagu dan nasyid, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. serta perkataan para ulama salaf.
.................................................(bersambung ke Hukum Musik dan Nyanyian Part 2)

Rukun Islam dan Rukun Iman

Rukun Islam

Rukun Islam ada lima (5) :

(1) Mengucap dua kalimah syahadat
(2) Sholat lima waktu
(3) Berpuasa sebulan dalam bulan Ramadhan
(4) Menunaikan haji ke Baitullah (Mekah)
(5) Menunaikan zakat


Rukun Iman

Rukun Iman ada enam (6) :

(1) Beriman kepada ALLAH SWT
(2) Beriman kepada Malaikat-malaikat
(3) Beriman kepada Kitab-kitab
(4) Beriman kepada Rasul-rasul
(5) Beriman kepada Hari Kiamat
(6) Beriman kepada Qada dan Qadar

Hal yang Harus Diketahui Muslim

Ketahuilah, bahwa wajib bagi kita sebagai seorang muslim untuk mendalami empat masalah, yaitu:

1. Ilmu, yaitu mengenal Alloh, Nabi-Nya dan agama Islam berdasarkan dalil-dalilnya.
2. Amal, yaitu menerapkan ilmu ini.
3. Da'wah, yaitu mengajak orang lain kepada ilmu ini.
4. Sabar, yaitu tabah dan teguh dalam mengahadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkan dan berdakwah kepadanya.

Dalilnya, firman Allah ta’ala:


"Demi masa. Sesungguhya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya menta'ati kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Surah Al-‘Ashr: 1-3).


Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu ta’ala, mengatakan: “Seandainya Alloh hanya menurunkan surat ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa hujjah lain, sungguh telah cukup surat ini sebagai hujjah bagi mereka.

Dan Imam Al-Bukhari rahimahullahu ta’ala, mengatakan: “Bab: Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan.
Dalilnya firman Allah ta’ala:

Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad: 19).

Dalam ayat ini, Alloh memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan)… Sebelum ucapan dan perbuatan.


Ref : Tiga Landasan Utama, "Muhammad bin ABdul Wahhab"

Mengenal Nabi saw secara Singkat Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Beliau adalah Muhammad bin Abdullah, bin Abdul Mutthalib, bin Hasyim.

Hasyim
adalah termasuk suku Quraisy --- suku Quraisy termasuk bangsa Arab --- sedang bangsa Arab termasuk keturunan Nabi Ismail --- putera Nabi Ibarahim Al-Khalil.

Semoga Alloh melimpahkan kepadanya dan kepada Nabi kita sebaik-baik shalawat dan salam.

Beliau berumur 63 tahun; diantaranya 40 tahun sebelum beliau menjadi Nabi dan 23 tahun sebagai Nabi serta Rasul.
Beliau diangkat sebagai Nabi dengan “Iqra” ( )dan diangkat sebagai Rasul dengan surah “Al- Mudatssir.”
Tempat asal beliau adalah Makkah. Beliau diutus oleh Alloh untuk menyampaikan peringatan untuk menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid.


Firman Alloh ta’ala:


Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (QS. Al-Mudatstsir:1-7).

Pengertian:
Sampaikanlah peringatan”, ialah: menyampaikan peringatan untuk menjauhi syirik dan mengajak kepada tauhid.

Tuhanmu Agungkanlah: agungkanlah Ia dengan berserah diri dan beribadah kepada-Nya semata.

Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah”, artinya: jauhkan serta bebaskan dirimu darinya dan orang-orang yang memujanya.

Beliaupun melaksanakan perintah ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun, mengajak kepada tauhid. Setelah sepuluh tahun itu, beliau dimi’rajkan (diangkat naik) ke atas langit dan disyari’atkan kepada beliau shalat lima waktu.

Beliau melakukan shalat di Makkah selama tiga tahun. Kemudian, sesudah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.

Hijrah,
pengertiannya, ialah: pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan Islami.
Hijrah ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan ummat Islam. Dan kewajiban tersebut hukumnya tetap berlaku sampai hari kiamat.

Dalil yang menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu firman Alloh ta’ala:

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri ,(kepada mereka) Malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini? Mereka menjawab: "adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makah)".
Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? Orang-orang itu tempat tinggalnya neraka Jahannam dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan
Alloh adalah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’: 97-99).

Dan firman Allah ta’ala:

Hai hamba-hamba-Ku yang beriman!, sesungguhnya, bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Ankabut: 56).

Al Baghawi rahimahulloh, berkata: “Ayat ini, sebab turunnya, adalah ditujukan kepada orang-orang muslim yang masih berada di Makkah, yang mereka itu belum juga berhijrah. Karena itu, Allah menyeru kepada mereka dengan sebutan orang-orang yang beriman.

Adapun dalil dari sunnah yang menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu sabda Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Hijrah tetap akan berlangsung selama pintu taubat belum ditutup, sedang pintu taubat tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari barat".

Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Madinah, disyari’atkan kepada beliau zakat, puasa, haji, adzan, jihad, amar ma’ruf dan nahi mungkar serta syari’at-syari’at Islam lainnya.

Beliau pun melaksanakan perintah untuk menyampaikan hal ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun. Sesudah itu wafatlah beliau, sedang agamanya tetap dalam keadaan lestari.


Ref : Tiga Landasan Utama, "Muhammad bin ABdul Wahhab"

Dalil - dalil Rukun Islam

Dalil syahadat :
Firman Alloh S.W.T :

Alloh S.W.T menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (juga menyatakan yang demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali-Imran: 18).

Laa Ilaaha Illalloh”, artinya: tiada sesembahan yang haq selain Allah.
Syahadat ini mengandung dua unsur, yaitu meniadakan dan menetapkan. “La Ilaaha”, adalah meniadakan segala bentuk sesembahan selain Alloh S.W.T ,

“Illalloh”
, adalah menetapkan bahwa ibadah (penghambaan) itu hanya untuk Alloh S.W.T semata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam ibadah kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam kakuasaan-Nya.

Tafsir makna syahadat tersebut diperjelas oleh firman Alloh ta’ala:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung-jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi aku menyembah Tuhan yang telah menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.
(QS. Az-Zukhruf: 26-28).

Dan firman Alloh ta’ala:

Katakanlah (Muhammad): "Hai Ahli Kitab! Marilah berpegang teguh kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Alloh dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Alloh". Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Alloh).” (QS. Ali Imran: 64).

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad itu Rasullulloh, adalah firman Allohta’ala:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128).

Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasullulloh, berarti: mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan beribadah kepada Alloh dengan apa yang disyari'atkannya.


Dalil shalat, zakat dan tafsir kalimat tauhid:

Firman Alloh ta'ala:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh, dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan agama) dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5).


Dalil shiyam:

Firman Alloh ta’ala:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).



Dalil haji:

Firman Alloh ta’ala:

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Alloh, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Alloh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97).




Ref : Tiga Landasan Utama, "Muhammad bin Abdul Wahhab"

Sabtu, 29 Agustus 2009

pengertian islam



Islam (Arab: al-islām, الإسلام : "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah.

Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim.

Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).

Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan" atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.

Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.


Islam adalah Wahyu Illahi (Wahyu Allah).

Makna pertama, Islam adalah wahyu Illahi. Sebagaimana yang kita ketahui, Islam memiliki pedoman utama yaitu Al Qur'an dan As Sunnah.

Al Qur'an adalah wahyu Allah, sehingga ajaran Islam sepenuhnya adalah dari Allah SWT, bukan dari ciptaan manusia. Atau dengan kata lain, Islam adalah dari firman Allah, bukan buatan manusia.

Sedangkan As Sunnah hukum kedua setelah Al Qur'an, dia merupakan apa-apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Rasul sendiri merupakan manusia pilihan Allah SWT yang menyampaikan firman-firman Allah melalui perantara malaikat Jibril AS. Yang Rasul katakan tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan.

Sebagaimana yang Allah firmankan dalam ayat berikut ini:

"...dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quraan) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najm: 3-4)


Arti Islam di bedakan menjadi beberapa macam Istilah :

  • Akidah adalah yakni dia memahami segenap wujudnya secara khakikat secagai sesuatu yang telah dicipatakan untuk mengenali Allah taala, untuk mentaati-Nya, dan untuk meraih kecintaaan serta keridhaan-Nya.



  • Amalan yakni murni demi Allah dia melakukan kebaikan-kebaikan hakiki yang berkaitan dengan segenap kemampuannya dan yang berhubungan dengan segenap karunia anugerah Allah. Namun dengan penghayatan dan pendalaman sedemikian rupa seolah-olah pada pandangan keitaaannya dia sedang menyaksikan wajah Saang Ma’bud haqiqi itu.

  • istilah, Islam berarti wahyu Allah, diin para nabi dan rasul, pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang ada di dalam Al Qur'an dan As Sunnah, dan dia merupakan jalan yang lurus, untuk keselamatan dunia dan akhirat. Agar memudahkan pembahasan, insya Allah akan saya bagi pembahasan kita kali ini menjadi sebagai berikut



Arti Etimologis
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,


Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.

1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.

2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.

3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).

4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.



Arti Terminologis
Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.